31 Maret 2011

KAMMI, Dari Jalanan Menuju Pengembangan Talenta

Oleh : Evyta Ar
(http://evytaar.blogdetik.com/kammi-dari-jalanan-menuju-pengembangan-talenta)

Pendahuluan

Sejarah Indonesia telah mencatat era kebangkitan gerakan mahasiswa dalam beberapa kurun waktu masa lampau. Sejak masa penjajahan Belanda, pemerintahan orde lama, orde baru, bahkan sampai beberapa saat yang lalu, gerakan mahasiswa pun masih memiliki ruang gerak yang cukup signifikan sebagai gerakan perlawanan dalam menghadapi rezim-rezim pemerintahan dan tirani yang kemudian mampu menciptakan sebuah kondisi perubahan secara kultur maupun struktur dalam beberapa aspek tertentu. Gerakan mahasiswa juga mampu melahirkan kaum muda dengan ide-ide baru dalam mengusung peradaban. Idealitas masa lampau serta tekanan dari para penguasa setempat kemudian memunculkan sebuah paradigma dan format baru bagi gerakan mahasiswa itu sendiri, di mana gerakan mahasiswa cenderung berperan sebagai kekuatan moral (moral force) terhadap kondisi sekitarnya yang notabene menafikkan idealitas tersebut sehingga memberikan dampak negatif bagi kesejahteraan rakyat dan negara.

Indonesia pun tidak pernah lupa dengan sebuah format gerakan mahasiswa yang lahir dari keprihatinan atas bangsa ini sehingga akhirnya 29 Maret 1998 tercetus sebuah deklarasi di Malang atas berdirinya KAMMI, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang dipelopori oleh Fahri Hamzah sebagai ketua umumnya. Selanjutnya KAMMI bergerak seakan bayi yang baru lahir dan lincah dengan semangat yang meluap-luap untuk menjalankan peran dan fungsinya sebagai gerakan moral dan kontrol sosial. Tentu masih melekat di benak kita tentang aksi-aksi KAMMI turun ke jalan dalam rangka menjalankan peran sebagai pelaku kontrol sosial hingga tahun 2000-an. Filosofi gerakan dibentuk dan menjadi landasan bergerak bagi KAMMI dalam mencapai visi dan misinya sebagai wadah yang akan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan Indonesia. Konsep tersebut termaktub di dalam prinsip gerakan KAMMI yaitu :
  1. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
  2. Kebatilan adalah musuh Abadi KAMMI
  3. Solusi Islam adalah Tawaran Perjuangan KAMMI
  4. Perbaikan adalah Tradisi Perjuangan KAMMI
  5. Kepemimpinan Umat adalah Strategi Perjuangan KAMMI
  6. Persaudaraan adalah Watak Mu’amalah KAMMI
Prinsip Gerakan Dalam Proyek Kemenangan
Tak dapat dipungkiri bahwa manusia di muka bumi ini memiliki misi kepemimpinan atas bumi dan kemaslahatan rakyatnya. Hal ini berarti kemenangan Islam di muka bumi adalah sebuah keniscayaan. Prinsip gerakan KAMMI yang paling pertama tersebut sejalan dengan apa yang Allah katakan di dalam Al-quran :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS. An-Nuur : 55).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah telah menjanjikan kemenangan atas orang-orang yang beriman dan beramal shaleh secara tegas. Namun, untuk mencapai kemenangan Islam tersebut tentu bukanlah sebuah kerja yang mudah, diperlukan sebuah kerja panjang secara berkelanjutan dari berbagai aspek kehidupan. Kemaslahatan manusia dan bumi adalah terwujudnya aman dan tentram serta Islam menjadi cahaya bagi seluruh manusia. KAMMI sebagai sebuah gerakan tentu harus mencermati konteks kemenangan ini. Kondisi Indonesia yang telah sekian lama masih belum mencapai perubahan yang signifikan tentu menjadi salah satu bahan evaluasi bagi KAMMI, sudah sejauh apa kinerja dan peran KAMMI dalam mewujudkan visi dan misinya. Atau mungkin KAMMI hanya terjebak dalam idealisme masa lalu dengan kegagahannya turun ke jalan mengusung perubahan tanpa memberikan solusi apapun. Indonesia dan rakyatnya menunggu sebuah perubahan yang benar-benar mencerminkan bahwa Islam adalah cahaya umat. Maka di sini, prinsip gerakan menjadi sangat efektif untuk diterjemahkan dan diintegralkan dalam upaya menuju gerakan yang lebih solutif dibandingkan populis di ranah jalanan ataupun wacana.
Antara Penonton dan Pelaku
Ada sebuah ungkapan yang sangat menarik, “Jangan jatuh pada lubang yang sama.” Jika berbicara tentang metodologi riset, maka akan ditemukan sebuah mekanisme bagaimana memperoleh kesimpulan dan hasil. Pada umumnya para peneliti melakukan “trial and error” dalam metodologi risetnya. Dalam konteks ke-KAMMI-an, jika kembali pada nostalgia masa lalu dengan efektifitas gerakan perlawanan, kemudian arah gerakan tersebut dikorelasikan pada masa sekarang ini dengan kondisi bangsa dan masyarakat yang sudah jauh berubah baik dari sisi pengetahuan dan kemampuan masyarakat menyerap informasi, tentu konsep “trial and error” tersebut bisa saja digunakan guna menemukan format baru KAMMI yang lebih efektif untuk mengusung perubahan yang mampu menawarkan solusi bagi permasalahan bangsa Indonesia saat ini maupun masa yang akan datang.
KAMMI tentu tak ingin hanya sekedar menjadi gerakan yang reaksioner terus-menerus. Sudah saatnya KAMMI menjadi bagian dari terbentuknya konsep civil society. Sudah waktunya KAMMI mentransformasikan gerakannya menjadi sebuah gerakan yang mampu memberikan peran aktif dalam pemecahan permasalahan umat khususnya Indonesia.
Sebelumnya KAMMI mungkin lebih banyak menjadi penonton aktif yang siap memberikan komentar di arena permasalahan bangsa. Sekedar komentar, bukan kerja nyata. KAMMI terlalu terjebak dengan permasalahan internal ke-KAMMI-an sehingga kurang memperhatikan sektor-sektor riil masyarakat yang justru hal tersebut sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan bangsa Indonesia. Maka sudah saatnya KAMMI menjadi problem solver, menjadi pelaku yang mampu memberikan solusi setiap permasalahan bangsa dengan tetap menjalankan fungsinya sebagai sebuah gerakan massa. Hal ini berarti maksimalisasi peran internal dan eksternal KAMMI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Transformasi Mindset Gerakan KAMMI
KAMMI memiliki paradigma gerakan yang berkaitan langsung dengan prinsip gerakan, yaitu:
  1. KAMMI adalah Gerakan Da’wah Tauhid
  2. KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik
  3. KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen
  4. KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer
Selama ini seluruh konsep tersebut belum diturunkan seutuhnya dalam implementasi aktivitas gerakan. Hal ini dapat ditandai dengan keberadaan KAMMI belum mampu memberikan kontribusi secara maksimal terhadap pemecahan masalah kebangsaan dibandingkan dengan pihak-pihak LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) maupun pemerintah dan masyarakat secara terkait. Padahal sesuai dengan misinya, KAMMI “mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera.” Tentu saja melalui misi ini, KAMMI memiliki andil dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat, konsep advokasi maupun hal terkait berbagai komponen atau sektor yang ada.
Harus ada perubahan cara berfikir (mindset) terhadap gerakan KAMMI. Jika sebelumnya KAMMI dengan segala kekomprehensifan filosofi gerakannya belum mampu melakukan perubahan yang signifikan, maka diperlukan transformasi cara berfikir dari gerakan KAMMI itu sendiri sehingga dari sanalah akan dirumuskan konsep metodologi gerakan yang lebih solutif.
Selanjutnya melalui paradigma gerakan, dapat disusun arahan-arahan yang lebih rinci tentang posisi KAMMI di Indonesia antara elemen-elemen yang ada untuk optimalisasi peran sebagai salah satu elemen peubah.
Gerakan Politik Berbasis Talenta
Berbicara tentang gerakan politik tentu sangat menarik perhatian banyak pihak, karena aspek politik ini sangat berpengaruh dalam hal kebijakan. Selain itu, sektor-sektor riil bangsa juga memiliki peran yang tak jauh pentingnya dibandingkan dengan politik. Katakan saja ekonomi, budaya, sosial, pendidikan, hukum, pertahanan dan keamanan serta aspek-aspek yang lain, kesemuanya saling berkaitan satu sama lain dan keberadaannya tidak dapat dinafikkan oleh siapapun jika ingin mencapai kesejahteraan. Walaupun mungkin dalam tataran praktis dan teknis, antara keseluruhan aspek memiliki skala prioritas yang berbeda.
Sesuai dengan paradigma gerakan KAMMI, ternyata gerakan ini memang memiliki basis talenta yang kuat. Artinya, hal ini terkait dengan potensi dan kapasitas para kader KAMMI dalam spesialisasi keilmuannya masing-masing. Hal ini juga mencerminkan syumuliatul Islam dalam gerakan. Selama keberadaannya, KAMMI diakui memang kurang memperhatikan bagian potensi kader ini. Banyak orang hanya melihat bahwa KAMMI adalah “Si Jago Aksi” dibandingkan sebagai pakar atau gerakan yang juga menawarkan konsep ilmiah. Padahal di zaman modern ini dengan segala perubahan yang cepat terjadi menuntut manusia untuk ikut beradaptasi dengan potensinya masing-masing. KAMMI perlu mentransformasikan konsep paradigma gerakan ini dalam lingkaran strategis yang tepat dalam lingkup individu anggotanya maupun secara gerakan struktural.
Tidak dapat dinafikkan, setiap sektor maupun basis talenta ini akan selalu bersinggungan dengan politik atau kebijakan. Oleh karena itu, perlu disusun ulang hal-hal yang berkaitan di antara aspek-aspek tersebut.
Maka ke depannya, hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut setelah transformasi mindset adalah :
  1. KAMMI menjadi elemen yang memiliki hubungan kerjasama secara tepat dengan berbagai pihak seperti pemerintah, LSM, dan masyarakat di dalam menentukan konsep kehidupan civil society di Indonesia.
  2. KAMMI harus menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat, menjadi partner bagi LSM dan pihak-pihak non struktural pemerintah, atau menjadi model pengawasan atau kontrol terhadap berbagai kebijakan nasional maupun daerah di segala sektor dengan basis talenta tersebut, tanpa harus menjadi bagian politik praktis di pemerintahan.
  3. KAMMI secara profesional konsentrasi pada proyek “cadangan masa depan” bagi kepemimpinan umat di segala sektor, yaitu dengan memperhatikan icon-icon kepemimpinan dari daerah maupun nasional, sehingga visi KAMMI tersebut secara tepat dapat diwujudkan dengan terukur.
Akhirnya melalui konsep transformasi tersebut, diharapkan KAMMI mampu menjadi elemen perubah yang signifikan terhadap kondisi bangsa dan permasalahan Indonesia yang semakin hari semakin kompleks di berbagai sektor pembangunan untuk mewujudkan civil Society.

Tidak ada komentar: